TUGAS BAHASA
INDONESIA
MENGALISIS
UNSUR INTRINSIK
DAN
SINOPSIS
“Ayat Ayat Cinta”
Oleh :
KELAS : VIII-B / NO. ABSEN : 29
SMP NEGERI 10
SURABAYA
KUPANG PANJAAN V/2
2014
Unsur-unsur
Intrinsik Novel
·
Tema :
Perjuangan
·
Alur :
Alur maju, karena menceritakan tentang
masa kedepannya
·
Amanat :
Semakin tinggi sesuatu yang telah kita
capai (kesuksesan) semakin banyak pula rintangannya
·
Tokoh :
o
Tokoh Utama
1.
Fahri : rajin, pintar, sabar,
terencana, ikhlas, ulet, sholeh, penolong, menghargai waktu, sederhana,
s=disiplin
2.
Nurul : baik, sholeha, rajin, pintar,
pemalu, emosi, tidak membeda-bedakan orang
3.
Maria : ceria, suka bergurau, rajin,
pintar, manis, tertutup, fisiknya lemah
4.
Aisha : sabar, terencana, ikhlas,
sabar, baik, orangnya lembut, sholeha, seba mewah
5.
Noura : pintar, pendiam, tertutup, kejam,
emosi, sulit ditebak
o Tokoh Pembantu
Saiful, Rudi, Hamdi :
baik, suka menolong, suka bercanda, pintar
Tuan Boutros (ayah
Maria) : baik hati, ramah, suka
menolong
Madame Nahed (Ibu
Maria : suka menolong, ramah,
baik
Syaikh Ustman ( Guru Besar Fahri) : sholeh, pintar baik hati, suka menolong, ramah, disiplin
Syaikh Ahmad (Dosen Fahri di Al-Azhar) : baik, ramah,
tidak memandang orang dari segi apapun, pintar
Ustad Jalal (Paman Nurul) dan istinya : baik, suka
menolong, ramah, tidak sombong
Eqbal dan Istinya (Paman dan bibi Aisah) : suka menolong,
baik, ramah, tidak membanding-bandingkan orang
Amru ( Pengacara) : rela berkorban, suka
menolong, baik
Magdi (polis) :
suka menolong, tegas, displin, baik
(adik Maria) : baik, suka menolong, ramah,
rajin
Bahadur (ayah
Noura) dan kakak Noura : jahat, suka
menyakiti orang, tidak tahu malu, suka berteriak-teriak
·
Latar / setting :
Mesir, Universitas Al-azhar, flat, Masjid, Restoran,
Metro, Penjara, Rumah sakit, Alexandria.
·
Gaya Bahasa :
Resmi
(Indonesia, Arab, Inggris, Jerman
·
Sudut Pandang :
Aku
sebagai orang pertama
Sinopsis “Ayat Ayat Cinta”
Judul :
Ayat Ayat Cinta
Penulis :
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Penerbit Republika, Pesantren
Basmala Indonesia
Tahun terbit : 2008
Jumlah Halaman : 420 halaman
Seorang laki-laki bernama fahri sedang menempuh kuliahnya S.2 jurusan
pascasarjana untuk meraih gelar masternya di Universitas Al-Azhar. Di
Mesir Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal
dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Ketika akan melakukan perjalan ke Masjid
Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima ujung utara kota Cairo untuk
talaqqi di Syaikh Ustman, Maria
memanggil Fahri dan ia titip untuk dibelikan 2 keping disket. Maria adalah
puteri sulung Tuan Boutros. Maria juga tetangga satu flat Fahri, yang beragama Kristen Koptik
tapi mengagumi Al Quran bahkan ia juga hafal surat Al-Maidah dan
surah Maryam.
Di dalam metro
Fahri tidak mendapatkan tempat duduk. Ia berkenalan dengan seorang pemuda Mesir
bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Mereka bercerita banyak hal. Beberapa
menit kemudian ada tiga orang bule berkewerganegaraan Amerika (2 perempuan dan
1 laki-laki) naik ke dalam metro. Salah satu perempuan itu adalah seorang nenek
yang kelihatannya sangat lelah dan membutuhkan tempat duduk. Akhirnya gadis
bercadar bernama Aisha memberikan tempat duduknya kepada nenek tersebut.
Perdebatan
mulai terjadi. Aisha hanya terdiam dan menangis mengetahui dirinya dirinya
dihina banyak orang. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakan perdebatan. Suatu
ketika keluarga Pak Boutros mengajak Fahri dan teman-temannya untuk makan malam
di tepi sungai Nil kebanggaan kota Mesir karena hadiah yang diberikan Fahri dan
teman-temannya, Madame Nahed meminta
Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak mau di ajak berdansa.
Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya.
Fahri juga mempunyai tetangga Si
Muka Dingin, Bahadur. Ia bersikap kasar kepada siapa saja bahkan dengan
istrinya Madame Syaima dan putri
bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona,
Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan
Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang.
Suatu malam Bahadur
menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan karena ia
tidak mau menuruti apa kata Bahadur. Fahri meminta bantuan Maria. Malam itu Noura
menginap di rumah keluarga Boutros. Besoknya Fahri membawa Noura untuk menginap
di rumah Nurul. Fahri dan Maria berusaha mencari tahu siapa keluarga Noura
sebenarnya. Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur dan Madame Syaima.
Akhirnya benar, Noura bukanlah anak mereka. Noura yang malang itu akhirnya bisa
berkumpul bersama orang-orang yang menyayanginya. Sekarang Fahri terfokus
pada ujian yang sangat menentukan. Jika proposal tesisnya ditolak maka ia harus
menunggu setengah tahun lagi untuk mengajukan proposal tesis baru.
Aisha mulai jatuh cinta
pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal yang juga teman Fahri saat I’tikaf di Masjid Halmeya Zaitun tahun lalu. untuk
menjodohkannya dengan Fahri. Aisha telah mengenal Fahri dan Fahri juga telah
mengenalnya. Eqbal banyak cerita tentang keluarganya. Fahri pun telah cerita
banyak pada Eqbal. Tentang keluarganya yang miskin. Tentang bagaimana Fahri
datang ke Mesir dengan menjual sawah warisan kakek. Harta satu-satunya yang
dimiliki keluarga. Tentang awal-awal di Mesir yang penuh derita. Tak ada
beasiswa. Tak ada pemasukan. Melalui bantuan Syaikh Utsman, Fahri pun
bersedia untuk menikah dengan Aisha.
Kira-kira
setengah jam sebelum adzan ashar berkumandang, Sarah Ali Faroughi, memberi tahu
semuanya telah siap. Fahri minta tolong pada Eqbal agar bisa melihat wajah
Aisha sebelum berangkat. Tepat saat adzan ashar berkumandang mereka sampai
di masjid tempat akad nikah akan dilangsungkan. Sudah banyak teman-teman
mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Turki yang sampai di sana. Aisha dan dua
bibinya langsung menuju lantai dua tempat jamaah wanita. Acara dilangsungkan di
depan mihrab masjid. Syaikh Ustman, Syaikh Prof. Dr. Abdul Ghafur Ja’far, Bapak
Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar Ali dan beberapa syaikh Mesir yang
diundang Syaikh Ustman duduk dengan khidmat tepat di depan mihrab menghadap ke
arah jamaah dan hadirin yang memenuhi masjid. Rupanya saat shalat Jum’at tadi
telah diumumkan akan ada acara akad nikah antara mahasiswa Indonesia dan
muslimah Turki, sehingga orang Mesir yang ada di sekitar masjid penasaran dan
masjidpun penuh. Fahri duduk di sebelah kanan Akbar Ali.
Mendengar
kabar pernikahan Fahri, Nurul menjadi sangat kecewa. Paman dan bibinya sempat
datang ke rumah Fahri untuk memberitahu bahwa keponakannya sangat mencintai
Fahri. Namun terlambat, Fahri akan segera menikah dengan Aisha. Malang benar
nasib Nurul. Fahri dan Aisha memutuskan untuk berbulan madu di flat pinggir
sungai Nil.
Sepulang dari bulan madunya,
Fahri mendapat kejutan dari Maria dan Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke
rumah Fahri untuk memberikan sebuah kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih
kurus dan murung. Memang saat Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang
pergi berlibur ke Hargada. Begitu mendengar Fahri telah menjadi milik wanita
lain dan tidak lagi tinggal di flat, Maria sangat terpukul.
Kebahagiaan Fahri dan
Aisha tidak bertahan lama, karena Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas
tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Fahri dibawa ke markas polisi Abbasca.
Fahri diinterogasi dan dimaki dengan kata-kata kotor. Fahri dituduh memperkosa
Noura hingga hamil hampir tiga bulan. Noura sakit hati saat Fahri memutuskan
untuk menikah dengan Aisha. Di persidangan, Noura yang tengah hamil itu
memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungannya adalah anak Fahri.
Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa, karena ia belum memiliki bukti
yang kuat untuk membebaskan kliennya dari tuduhan-tuduhan yang di tujukan pada
kliennya. Fahri pun harus mendekam di penjara selama beberapa minggu. Fahri
juga merasa gelisah dan bingung karena terus memikirkan nasib istrinya di luar
sana.
Satu-satunya saksi kunci
yang kuat dan dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria.
Marialah yang bersama Noura malam itu, yaitu malam yang Noura sebut dalam
persidangan sebagai malam di mana Fahri memperkosa dirinya. Maria sedang lemah
tak berdaya. Hatinya teramat sakit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Itu membuatnya jatuh sakit. Jalan satu-satunya agar Maria bangun kata dokter
adalah menyentuhnya dan mendengar suara Fahri. Aisha juga mendukungngnya karena
jika Maria tidak bangun, Fahri akan di hukum gantung karena tidak mempunyai
bukti yang kuat. Aisha juga mengatakan kalau ia tak mau kelak anaknya lahir
tanpa Ayah. Atas desakan Aisha, Fahri pun yang semula tidak mau menikahi Maria akhirnya mau. Pernikahan itu
berlangsung di rumah sakit. Aisha berharap dengan mendengar suara dan merasakan
sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma panjangnya. Aisha berharap agar
harapannya menjadi kenyataan.
Beberapa
menit kemudian akhirnya Maria dapat membuka matanya dan bersedia untuk
memberikan kesaksian di persidangan. Pada saat menahan emosi dipersidangan
Maria pingsan seketika dan langsung di bawa ke rumah sakit. Akhirnya Fahri pun
terbebas dari tuduhan keji Noura. Dengan kata lain, Fahri dapat meninggalkan
penjara yang mengerikan itu. Takbir bergemuruh di ruang pengadilan itu
dilantunkan oleh semua orang yang membela dan simpati kepada Fahri. Seketika
Fahri sujud syukur kepada Allah Swt. Aisha memeluk Fahri dengan tangis bahagia
tiada terkira. Paman Eqbal dan Bibi Sarah tidak mampu membendung airmatanya.
Syaikh Ahmad dan Ummu Aiman juga sama. Satu persatu orang Indonesia yang ada di
dalam ruangan itu memberi selamat kepada Fahri.
Noura
menyesal atas perbuatan yang dilakukannya kepada Fahri. Fahri memaafkan
Noura. Terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam kandungan Noura adalah Bahadur.
Noura tidak mau mengaku kalau yang menghamilinya adalah Bahadur karena ia
sangat benci kepada Bahadur. Akhirnya ia menjawab Fahri karena ia pikir Fahri
akan menikahinya. Dengan kebaikan Fahri memaafkan Noura. Fahri, Aisha, dan
Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria
sebagai adiknya, demikian pula Maria yang menghormati Aisha selayaknya seorang
kakak.
Maria bermimpi bahwa ia
melihat surga. Ia tak diijinkan masuk dengan alasan ia tak mengikuti ajaran
Nabi Muhammad Saw. Akhirnya Maria bangun dengan hati gelisah. Maria berkata
bahwa ia ingin masuk surga. Maria ingin berwudhu karena ia masih mencium wangi
surga, lalu Aisha dan Fahri membantu Maria untuk berwudhu. Setelah itu Maria
mengatakan dua kalimat syahadat. Dan kemudian mata Maria tertutup rapat. Saat itu
juga Fahri memeriksa nafas dan denyut nadi Maria. Ternyata Maria telah meninggal dunia.
Alangkah beruntungnya Maria menjadi mu’alaf
sebelum ia meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar