Psychedelic Pointer


Minggu, 23 November 2014

Maps - Maroon 5

I miss the taste of a sweeter life
I miss the conversation
I'm searching for a song tonight
I'm changing all of the stations
I like to think that we had it all
We drew a map to a better place
But on that road I took a fall
Oh baby why did you run away???

I was there for you
In your darkest times
I was there for you
In your darkest nights

But I wonder where were you
When I was at my worst
Down on my knees
And you said you had my back
So I wonder where were you
All the roads you took came back to me
So I'm following the map that leads to you
The map that leads to you
Ain't nothing I can do
The map that leads to you
Following, following, following to you
The map that leads to you
Ain't nothing I can do
The map that leads to you
Following, following, following

I hear your voice in my sleep at night
Hard to resist temptation
'Cause all these strangers come over me
Now I can't get over you
No I just can't get over you

I was there for you
In your darkest times
I was there for you
In your darkest nights

But I wonder where were you
When I was at my worst
Down on my knees
And you said you had my back
So I wonder where were you
All the roads you took came back to me
So I'm following the map that leads to you
The map that leads to you
Ain't nothing I can do
The map that leads to you
Following, following, following to you
The map that leads to you
Ain't nothing I can do
The map that leads to you

Oh oh oh
Oh oh oh
Yeah yeah yeah
Oh oh

Oh I was there for you
Oh In you darkest times
Lirik Lagu Maps - Maroon 5

Oh I was there for you
Oh In your darkest nights

Oh I was there for you
Oh In you darkest times
Oh I was there for you
Oh In your darkest nights
But I wonder where were you
When I was at my worst
Down on my knees
And you said you had my back
So I wonder where were you
All the roads you took came back to me
So I'm following the map that leads to you
The map that leads to you
Ain't nothing I can do
The map that leads to you
Following, following, following to you
The map that leads to you
Ain't nothing I can do
The map that leads to you
Following, following, following

Billionaire - Bruno Mars


Lirik Lagu Bruno Mars Billionare
Bruno MarsI wanna be a billionaire so fricking badBuy all of the things I never hadUh, I wanna be on the cover of Forbes magazineSmiling next to Oprah and the Queen
ChorusOh every time I close my eyesI see my name in shining lightsA different city every night ohI swear the world better prepareFor when I’m a billionaire
Travis Travie McCoyYeah I would have a show like OprahI would be the host of, everyday ChristmasGive Travie a wish listI’d probably pull an Angelina and Brad PittAnd adopt a bunch of babies that ain’t never had sh-tGive away a few Mercedes like here lady have thisAnd last but not least grant somebody their last wishIts been a couple months since I’ve single soYou can call me Travie Claus minus the Ho HoGet it, hehe, I’d probably visit where Katrina hitAnd damn sure do a lot more than FEMA didYeah can’t forget about me stupidEverywhere I go Imma have my own theme music
Chorus
Oh every time I close my eyesI see my name in shining lightsA different city every night ohI swear the world better prepareFor when I’m a billionaireOh oooh oh oooh for when I’m a BillionaireOh oooh oh oooh for when I’m a Billionaire
Travis Travie McCoyI’ll be playing basketball with the PresidentDunking on his delegatesThen I’ll compliment him on his political etiquetteToss a couple milli in the air just for the heck of itBut keep the fives, twentys (?) completely separateAnd yeah I’ll be in a whole new tax bracketWe in recession but let me take a crack at itI’ll probably take whatevers left and just split it upSo everybody that I love can have a couple bucksAnd not a single tummy around me would know what hungry wasEating good sleeping soundlyI know we all have a similar dreamGo in your pocket pull out your walletAnd put it in the air and sing
Bruno MarsI wanna be a billionaire so fricking badBuy all of the things I never hadUh, I wanna be on the cover of Forbes magazineSmiling next to Oprah and the Queen
ChorusI wanna be a billionaire so frickin bad......

Jumat, 14 November 2014

Cerpen : Awal Dari Persahabatan


Awal Dari Persahabatan



Pada suatu hari ada anak yang bernama Tika. Dia baik, cerdas, dan suka menolong. Tapi ia hidup sebatang kara di desa Sukamaju. Dan pada akhirnya ia pindah ke Jakarta dengan pamannya.

Tika                 : “Paman, ada apa paman kesini?”
Paman           : “Paman mau mengajakmu sekolah dan tinggal di Jakarta.”
Tika                 : “Terima kasih paman. Dengan senang hati.”
Paman           : “Kalau begitu bereskan barang-barangmu sekarang, Tika. Lalu
                         masukkan ke bagasi mobil”
Tika                 : “Baik paman.”

            Setelah sampai di Jakarta paman Tika langsung mengajak Tika ke sekolah barunya yaitu SMP Tunas Bangsa. Mereka berdua pun turun dari mobil.
Paman           : ”Ayo turun, kita akan mendaftar di SMP Tunas Bangsa Ini!”
Tika                 : “Iya paman.”

            Setelah mendaftar dan mengurus segala administrasi. Mereka berdua pun berbelanja alat tulis untuk sekolah. Keesokan harinya pun Tika sudah bisa sekolah ai SMP Tunas bangsa. Setelah masuk ke kelasnya Bu guru menyuruh Tika memperkenalkan diri di depan kelas.

Guru               : “ Selamat pagi anak-anak”
Anak-anak    : “Selamat pagi, Bu.”

Guru               : “ Ibu membawa teman baru. Pindahan dari desa Sukamaju.Perkenalkan
                          dirimu, nak!”
Tika                 : “ Halo teman-teman perkenalkan nama saya Tika Rahayu. Teman-teman
                         bisa panggil saya Tika.”
Guru               : “ Baik, Tika kamu duduk dengan Nayla. Sekarang kita mulai
                          pelajarannya. Buka buku paket Matematika halaman 12
Anak-anak     : “ Baik bu.”
           
            “Kringg-kringgg” bel istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar kelas. Nayla, teman sebangku Tika mengajak Tika keiling sekolah lalu ke kantin.
Nayla              : “ Tika, ayo keluar kelas. Aku akan mengajakmu keliling sekolah , lalu ke
                          kantin.”
Tika                 : “ Ayo.”

            Mereka berdua pun keliling sekolah. Selesai keliling mereka menuju kantin. Nayla duduk dan memesan makanan. Tiba-tiba Renita dan Sarah dating menuju meja Tika dan Nayla.

Renita            : “ Eh ada temen baru nih!. Dia pindahan dari kampung loh. Ciee
                          ada cewek kampungan tuhh.”
Sarah             : “ Iya betul banget.”
Nayla              : “Eh bisa dijaga nggak mulutnya. Punya hati nggak sih! Dasar anak
                         nggak tau diri, intropeksi diri dulu dong kalo mau ngomong. Jangan asal
                         ceplas ceplos. Nggak mikir perasaan orang!”
Tika                 : “ Udah nggak papa. Emang bener aku orang kampung.”
Renita            : “ Nahh itu dia sadar. Jadi lo nggak usah ngebela dia deh, Nayla!”
Sarah             : “ Hahahahaha tau tuh Nayla sok pahlawan!”
Nayla              : “ Udah kita pergi dari sini yuk. Macan tutulnya udah mulai ganas nih, Tik”
Tika                 : “ Ayok.”

            Mereka pun kembali ke kelas. Tika  merenung sedih. Nayla pun merasa aneh dengan Tika. Ia pun bertanya pada tika.

Tika                 : (Muka sedih)
Nayla              : “ Kamu ngapain kok sedih? Pasti gara-gara dua macan tutul tadi kan!
                         Emang dia nggak tau diri. Udah deh nggak usa di masukin hati, Tik.”
Tika                 : “ Nggak kok aku kelilipan aja, Nay. ”
Nayla              : “ Udah deh aku tau kok perasaan kamu, Tik.”
Tika                 : “ Udah kok aku nggak apa-apa.”
Nayla              : “ Ya udah deh kalo gitu.”

            Bel masuk istirahat pun berbunyi. Anak-anak semua masuk ke kelas. Setelah 3 jam pelajaran, bel pulang pun berbunyi. Anak-anak berlarian keluar kelas. Sedangkan tika di baris belakang terlihat sedih. Lagi-lagi Nayla bertanya kepada Tika.

Nayla              : “ Kamu kenapa lagi, tik? Kok sedih lagi?”
Tika                 : “ Nggak aku ngerasa nggak pantes aja ada disini, Nay L.”
Nayla              : “ Semua orang pantes kok sekolah, kamu juga Tik. Jadi nggak usah
                           ngerasa nggak pantes ada di sekolah ini.”
Tika                 : “ Iya Nay. Makasi nasehatnya. Kamu baik banget sama aku J .”
Nayla              : “ Oke sama-sama. Sesama teman wajib membantu

            Sudah 5 bulan Tika bersekolah di sekolah barunya itu. Setiap hari Renita dan Sarah selalu mengejek dan menggaangunya, tetapi Nayla selalu membelanya. Tika merasa tidak pantas berada di sekolah itu. Namun sahabatnya, Nayla selalu menasehatinya bahwa hidup itu selalu ada coba’an. Pada suatu hari Renita dan Sarah merencanakan sesuatu. Pada saat ulangan mereka berencana menaruh kertas contekan di laci bangku Tika agar Tika dikira mencontek.

Renita            : “ Sarah ayo kita taruh contekan ini di laci bangku anak kampungan itu
                          yuk!”
Sarah                         : “ Oke let’s go  !”

            Mereka berdua pun menaruh kertas contekan itu di laci Tika. Pada saat ulangan kertas contekan itu jatuh, Bu guru melihat kertas itu dan langsung mengambilnya.

Bu guru         : (Mengambil kertas yang jatuh) “ Tika apa ini? Kamu mau nyontek ya?”
Tika                 : “ Bukan punya saya ini bu.”
Renita                        : “ Alahhh nggak usah sok jaim deh Tik. Ia bu tadi saya liat sama si Sarah
               dia nulis contekan itu bu. Ya nggak sar?”
Sarah             : “ Iya bu bener saya liat ”
Tika                 : “ Tapi bener bukan saya bu yang nulis bu.”
Bu guru         : “ Tika kalo kamu ngaku masalah ini akan selesai. Kalo nggak    
                          masalahnya akan lebih panjang, Tika”
Tika                 : “ Tapi ini bukan punya saya bu.”
Renita                        : “ Alasannya aja bu itu. Dia suka gitu bu! Bohong terus.”
Nayla              : “ Jangan percaya bu. Tika nggak mungkin kaya gitu.”
Bu guru         : “ Sudah diam lanjutkan ulangannya. Tika ibu tidak percaya ini.”

            Tak terasa bel pulang berbunyi Nayla menghampiri Tika. Nayla berbicara bahwa dia percaya kalau Tika tidak mencontek. Di belakang Tika dan Nayla, Renita dan Sarah mengikuti mereka berdua. Renita dan Sarah berencana lagi untuk melempar ke pohon.

Renita            : “ Ayo sar kita ambil tas Tika terus kita lemparin deh ke pohon itu.”
Sarah             : (Ngelamun)
Renita            : “ Eh kok tambah ngelamun sih. Ayo kita ambil terus kita lempar tasnya
                           ke pohon. Cepet sebelum Tika pulang.”
Sarah                         : “ Ayoooook.”

            Renita dan Sarah pun mengambil tas Tika, lalu mereka berdua segera melemparnya ke atas pohon.

Renita                        : (Melempar tas kepohon)
Sarah             : “ Haahahaha. Rasain, ambil tuh tasnya diatas pohon.”
Nayla              : “ Eh jangan gitu dong, jahat banget sih jadi orang. Udah ngefitnah Tika
                          sekarang malah ngelempar tas Tika ke pohon. Ayo kita ambil tik
                           tasnya”
Tika                 : (Memanjat pohon dan mengambil tasnya, lalu turun)

            Renita dan Sarah pun berlari cepat. Mereka berdua tidak melihat kalau ada becak yang melaju kencang. “Brakkkkkkkk”  Suara itu mengagetkan banyak orang. Ternyata mereka tertabrak becak. Mereka berdua seketika pingsan dan banyak mengeluarkan darah. Tika dan Nayla yang melihat kejadian itu langsung menolong Renita dan Sarah dan membawanya ke rumah sakit. Lalu dokter berkata bahwa Renita kekurangan darah. Tika yang mendengar kejadian itu langsung menyumbangkan darahnya untuk Renita. Sedangkan Nayla menelpon paman Tika .

Sarah             : (Siuman)
Renita                        : (Siuman)
Tika                 : “ Alhamdulillah kalian sudah siuman.”
Nayla              : “ Iya, Alhamdulillah.”
Renita               : “ Tika Nayla maafin aku yaa, selama ini aku sudah jahat sama kamu.”
Sarah             : “ Iya maafin aku juga yaa Tik, Nay.”
Tika                 : “ Iya aku maafin kalian berdua, setiap manusia tidak luput dari
               kesalahan J.”
Nayla              : “ Iya, setiap orang juga ingin khilaf dari kesalahannya.”
Renita            : “ Terimakasih ya, kalian berdua memang baik.”
Sarah             : “ Iya kalian baik sekali meskipun kita dulu pernah nyakitin kalian.”

            Tiba-tiba saat mereka berempat berbincang-bincang paman Tika datang, untuk menjemput Tika. Tika dan Nayla berpamitan pulang pada Renita dan Sarah. Keesokan harinya di sekolah Renita dan Sarah pun sudah masuk sekolah. Renita dan Sarah menghampiri Tika dan Nayla.
Renita            : “ Hai Tika dan Nayla.”
Sarah                         : “ Haii kalian berdua.”
Tika & Nayla : “ Iya Renita dan Sarah.”
Renita            : “ Ayo kita ke kelas bersama.”
Nayla              : “ Ayooo.”

            Setelah kejadian tabrakan itu mereka berempat pun akur dan menjadi sahabat. Dan begitu indahnya persahabatan mereka berempat.

Maaf kalau ada kesalahan, karena cerpen ini hanya untuk hiburan 

Cerpen : Kita Keluarga


KITA KELUARGA


                        Hai! Perkenalkan nama aku Rinda. Aku menganggap keluarga adalah hal orang-orang yang berharga di hidup kita. Ada juga orang yang beranggapan keluarga itu orang yang selalu ngomel-ngomel ke kita. Tapi memang benar selalu ngomel lah, marah lah. Emang kita anggap itu sebagai hal yang negatif. Padahal keluarga kita tidak bermaksud seperti itu, hanya ingin menasehati kita.
 Pada pagi yang cerah ini saya akan berangkat sekolah. Yah seperti biasa bangun pagi, sholat, makan,  mandi. Tapi masih saja aku mempunyai kebiasaan burukku, menonton tv. Memang aku selalu menonton acara kesukaan ku. Namun aku masih saja melakukan rutinitas kesalahanku. Ada saja barang yang hilang. Hehehe. Seperti biasa pertama kalinya menjadi sasaran adalah keluarga kita terutama orang tua kita. Pagi yang seharusnya diisi dengan bersantai atau sekedar minum teh dengan membaca koran menjadi suasana yang penuh dengan amarah.
“Ibu, tau dasiku nggak, bu?” Tanya ku kebingungan
“Mana ibu tau. Makanya kalau habis pulang sekolah dasi sama sabuk itu disimpan, biar nggak bingung kaya gini paginya.” Ibu menjawab dengan santai
“Ah ibu, masa nggak tau kalo pulang sekolah kan capek. Minta tolong ibu kenapa biar diingetin akunya.” Jawabku sambil masih mencari dasiku.
Dan tiba-tiba kakak ku datang dan langsung menjawab omonganku tadi.
“Ah, kamu mah kalo pagi sukanya cari masalah aja. Udah tau waktu buat santai. Eh malah dibuat ribut-ribut.” Menjawab sambil duduk di kursi ruang tamu
Aku pun langsung menjawab omongan kakakku tadi.
“Ah kakak nyamber aja sih. Udah lah nggak usah ikut-ikut, Kak!” Jawabku sambil sedikit emosi,
Dan tiba-tiba ayahku datang dan berbicara.
“Dasi siapa ini. Kok ada di bawah kursi?”
“Dasi aku yah.” Jawabku dengan cepat
Dan ibu pun lalu berbicara padaku.
“Sudah berangkat sekolah sana. Nanti keburu telat.” Jawab ibu
Lalu aku menjawab “Oke bu. Ayah, Ibu, sama yang baca koran tuh. Aku berangkat yah, Assalamualaikum.”
            Tepat pukul 12.00 bel pulang pun berbunyi murid-murid berhamburan keluar kelas, ya termasuk aku juga.”Tingtongg” aku membunyikan bel rumahku sambil mengucap salam. Setelah pagar dibuka oleh ibu aku pun langsung menghempaskan badan ku ke sofa.
“Haduh capek, panas lagi” Kataku sambil menggerakkan kerahku.
Lalu ibuku berkata “Ganti baju dulu sana terus solat”
“Nanti aja ganti bajunya aku mau solat dulu aja” Jawabku sambil melepas dasi dan sabukku
“Ya terserah, tapi sabuk sama dasinya di gantung di kamar. Biar kelihatan”
“Oke ibu. Aku solat dulu ya” Jawabku sambil berlari ke kamar mandi.
            Yah itulah kegiatanku sehari-hari. Tapi aku tak pernah lupa melihat sinetron kesukaanku. Memang suatu kegiatan yang aneh. Minggu depan sudah libur sekolah. Ayah dan ibuku tidak libur. Aku merasa kesal karena waktu liburan malah diisi dengan kerja, kerja, dan kerja. Aku selalu bilang kepada ayah dan ibu. Tetapi mereka malah bilang “Ini buat kebaikan kamu”. Kakakku selalu cuek, mungkin karena dia sudah lebih besar dari aku. Suatu hari aku bertanya pada kakakku.
“Kak kenapa sih kok kakak cuek kalo ayah dan ibu kerja di hari libur. Seharusnya kan kita liburan, senang-senang gitu. Meninggalkan rutinitas yang membuat penat.” Kataku kepada kakakku.
“Kamu itu liburan terus aja, belajar sana. Biar sukses!” Jawab kakakku ketus.
“Kakak selalu bilang begitu. Aku butuh refreshing kak.” Jawabku.
“Udah sana nggak usah ngganggu kakak. Ke kamar mu saja sana!!”
            Kakakku super duper cuek. Aku pingin punya kakak yang perhatian dengan adiknya. Tapi, biarkan. Namanya juga hidup. Hidup kalu nggak mau ada coba’an ya nggak usah hidup aja. Matahari mulai terbenam, tandanya malam sudah tiba. Aku menghampiri ayah dan ibuku di ruang keluarga.
“Bu, kenapa sih ibu kok nggak pernah ngajak aku liburan?”
“Ibu kan harus kerja, Nak” Kata ibu sambil duduk di kursi
“Ya, aku tau. Aku cuma ingin liburan, refreshing.” Jawabku dengan nada agak ngambek.
“Ya udah, insyaallah bulan depan.”
Lalu aku menjawab dengan marah “Haaaa. Bulan Depan. Terserah deh bu!”
            Punya keluarga kok cuek semua. Nggak pernah pergi bareng. Serasa nggak punya keluarga. Makan bareng berempat aja jarang. Aku ngiri sama teman-temanku. Mereka selalu diantar orang tuanya, bawa bekal yang disiapkan orang tua, semuanya disiapin lah. Mana mau ibu atau ayah seperti itu. Rasanya khayal. Meraka hanya sibuk bekerja seharian. Berangkat pagi pulang malam. Keesokan harinya pada saat pulang sekolah aku bercerita kepada temanku, Sinta.
“Sin kamu tau nggak, Sin?”
“Tau apa? Kamu kan belum bilang apa-apa sama aku” Jawab Sinta heran.
“Oh ia lupa hehehe. Gini sin kenapa siih orang tuaku nggak pernah ngajak liburan sekeluarga. Paling sekali dua kali tiap tahunnya. Aku sebel sama mereka, kakakku juga. Emang aku dianggap apa?” Tanyaku sambil terbawa emosi.
“Menurutku sih kamu harus sabar. Mungkin orangtuamu sibuk banget kali, Rin.” Jawab Sinta sambil menenangkanku
“Sesibuk-sibuknya mereka, masa nggak bisa luangin waktunya buat aku gitu”
“Udah, semua itu udah diatur sama Allah. Di balik masalah ini pasti ada hikmahnya kok, Rin J
“Iya-iya, makasih nasehatnya Sin. Kamu memang sahabat terbaikku.” Jawabku dengan tersenyum.
“Oke sama-sama.”
“Oh iya rin kalau keluargamu gimana? Sama kaya aku?”
“Ya hampir sama. Cuma ayah dan ibuku kerja di luar kota. Yah paling di rumah sama bibi, pak parman.”
“Berarti kita sama dong. Tapi ngomong-ngomong kok kamu nggak pernah sedih atau apa gitu?” Tanyaku penasaran.
“Ya biasa ajalah. Kita harus bisa ngertiin mereka kalau mereka kerja itu buat kita. Mereka juga nggak pernah ngeluh kalau mereka capek. Aku salut sama mereka. Membanting tulang untuk aku”
“Ya ada benernya juga sih. Hahaha, kita sama ya. Tapi aku salut sama kamu kamu tetep tegar. Tapi memang seberapa jauh jarak yang memisahkan kita, nggak ada batasan buat kita sayang ke mereka.”
“Iya aku setuju denganmu. Ayo kita pulang, Rin?”
“Let’s goo.” Jawabku dengan semangat
            Aku sangat senang mempunyai sahabat seperti Sinta. Dia selalu mengerti aku. Selalu ada saat aku senang, sedih. Nggak akan aku sia-siakan sahabatku yang tulus ini. Keesokan harinya Sinta tidak masuk sekolah. Aku bingung kenapa dia tidak masuk sekolah. Pada saat itu guru mengumumkan kalau  Ayah Sinta meninggal karena kecelakaan mobil. Aku yang mendengar kabar itu langsung kaget. Selama pelajaran aku pun tidak tenang. Aku kuatir dengan keluargaku. Setelah bel pulang berbunyi akupun langsung bergegas pulang ke rumah. Dan sesampai di rumah aku kaget Ayah, Ibu dan Kakakku sudah ada di ruang tamu. Aku langsung memeluk mereka bertiga.
“Ayahh, Ibuu, Kakakk. Assalamualaikum, aku pulanggg” Kataku sambil memeluk mereka satu persatu.
“Tumben kamu meluk-meluk segala. Oh ia tadi ayah sama ibu denger sahabatmu, Sinta. Ayahnya meninggal ya?. Ayah sama Ibu mau ke rumah Sinta, ibu sama ayah nunggu kamu dateng biar bisa berangkat sama-sama.”
“Ya masa nggak boleh. Ya nggak Bu, Yah? Oh nungguin aku ya. Oke ayo kita berangkat, tapi aku ganti baju dulu yaaa?”
Kakakku langsung menjawab. “Ya iya lah masa ke rumah orang bau asem kaya gitu.”
            Setelah aku berganti baju, aku dan keluargaku langsung menuju ke sana. Sesampai disana ternyata jenazah Ayah Sinta sudah dimakamkan. Disana aku melihat Sinta sedang memandangi foto ayahnya. Setelah bersalaman dan pamit ke keluarga Sinta. Sesampai dirumah aku berbicara kepada ayah dan ibuku.
“Ayah Ibu aku minta maaf ya? Aku terlalu egois sama ayah, sama ibu. Menganggap ibu sama ayah nggak peduli sama aku”
“Sudah tidak apa-apa itu juga salah ibu sama ayah memang terlalu memikirkan kerjaan” Jawab ayah.
“Iya ayah sama ibu juga minta maaf sinta.” Jawab ibu sambil tersenyum padaku
            Semenjak itu aku lebih mengerti akan keluargaku. Mereka melakukan itu untuk kebaikanku. Orang tua yang semula aku anggap tidak mempedulikanku, ternyata salah. Mereka orang yang yang sangat penting, berharga seperti nyawa yang ada di tubuh. Keluargaku aku sayang kepada kalian. Keluargaku kau bagian dari separuh nyawaku J.


Maaf, jika cerpen karya saya ada kekurangannya.....
Hanya untuk hiburan saja..