Awal Dari Persahabatan
Pada suatu hari ada anak
yang bernama Tika. Dia baik, cerdas, dan suka menolong. Tapi ia hidup sebatang
kara di desa Sukamaju. Dan pada akhirnya ia pindah ke Jakarta dengan pamannya.
Tika :
“Paman, ada apa paman kesini?”
Paman :
“Paman mau mengajakmu sekolah dan tinggal di Jakarta.”
Tika : “Terima kasih paman. Dengan senang
hati.”
Paman
: “Kalau begitu bereskan
barang-barangmu sekarang, Tika. Lalu
masukkan ke bagasi
mobil”
Tika : “Baik paman.”
Setelah
sampai di Jakarta paman Tika langsung mengajak Tika ke sekolah barunya yaitu
SMP Tunas Bangsa. Mereka berdua pun turun dari mobil.
Paman :
”Ayo turun, kita akan mendaftar di SMP Tunas Bangsa Ini!”
Tika : “Iya paman.”
Setelah
mendaftar dan mengurus segala administrasi. Mereka berdua pun berbelanja alat
tulis untuk sekolah. Keesokan harinya pun Tika sudah bisa sekolah ai SMP Tunas
bangsa. Setelah masuk ke kelasnya Bu guru menyuruh Tika memperkenalkan diri di
depan kelas.
Guru :
“ Selamat pagi anak-anak”
Anak-anak :
“Selamat pagi, Bu.”
Guru : “ Ibu membawa teman baru.
Pindahan dari desa Sukamaju.Perkenalkan
dirimu, nak!”
Tika
: “ Halo teman-teman
perkenalkan nama saya Tika Rahayu. Teman-teman
bisa
panggil saya Tika.”
Guru :
“ Baik, Tika kamu duduk dengan Nayla. Sekarang kita mulai
pelajarannya. Buka buku paket Matematika halaman 12
Anak-anak : “ Baik bu.”
“Kringg-kringgg”
bel istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar kelas. Nayla, teman
sebangku Tika mengajak Tika keiling sekolah lalu ke kantin.
Nayla : “ Tika, ayo keluar kelas. Aku
akan mengajakmu keliling sekolah , lalu ke
kantin.”
Tika :
“ Ayo.”
Mereka
berdua pun keliling sekolah. Selesai keliling mereka menuju kantin. Nayla duduk
dan memesan makanan. Tiba-tiba Renita dan Sarah dating menuju meja Tika dan
Nayla.
Renita :
“ Eh ada temen baru nih!. Dia pindahan dari kampung loh. Ciee
ada cewek kampungan tuhh.”
Sarah :
“ Iya betul banget.”
Nayla :
“Eh bisa dijaga nggak mulutnya. Punya hati nggak sih! Dasar anak
nggak tau diri, intropeksi diri dulu dong kalo mau ngomong. Jangan asal
ceplas ceplos. Nggak mikir perasaan orang!”
Tika :
“ Udah nggak papa. Emang bener aku orang kampung.”
Renita :
“ Nahh itu dia sadar. Jadi lo nggak usah ngebela dia deh, Nayla!”
Sarah :
“ Hahahahaha tau tuh Nayla sok pahlawan!”
Nayla : “ Udah kita pergi dari sini yuk.
Macan tutulnya udah mulai ganas nih, Tik”
Tika : “ Ayok.”
Mereka
pun kembali ke kelas. Tika merenung
sedih. Nayla pun merasa aneh dengan Tika. Ia pun bertanya pada tika.
Tika :
(Muka sedih)
Nayla :
“ Kamu ngapain kok sedih? Pasti gara-gara dua macan tutul tadi kan!
Emang dia nggak tau diri. Udah deh nggak usa di masukin hati, Tik.”
Tika :
“ Nggak kok aku kelilipan aja, Nay. ”
Nayla :
“ Udah deh aku tau kok perasaan kamu, Tik.”
Tika :
“ Udah kok aku nggak apa-apa.”
Nayla :
“ Ya udah deh kalo gitu.”
Bel
masuk istirahat pun berbunyi. Anak-anak semua masuk ke kelas. Setelah 3 jam
pelajaran, bel pulang pun berbunyi. Anak-anak berlarian keluar kelas. Sedangkan
tika di baris belakang terlihat sedih. Lagi-lagi Nayla bertanya kepada Tika.
Nayla :
“ Kamu kenapa lagi, tik? Kok sedih lagi?”
Tika :
“ Nggak aku ngerasa nggak pantes aja ada disini, Nay L.”
Nayla :
“ Semua orang pantes kok sekolah, kamu juga Tik. Jadi nggak usah
ngerasa nggak pantes ada di
sekolah ini.”
Tika :
“ Iya Nay. Makasi nasehatnya. Kamu baik banget sama aku J .”
Nayla :
“ Oke sama-sama. Sesama teman wajib membantu
Sudah 5
bulan Tika bersekolah di sekolah barunya itu. Setiap hari Renita dan Sarah
selalu mengejek dan menggaangunya, tetapi Nayla selalu membelanya. Tika merasa
tidak pantas berada di sekolah itu. Namun sahabatnya, Nayla selalu
menasehatinya bahwa hidup itu selalu ada coba’an. Pada suatu hari Renita dan
Sarah merencanakan sesuatu. Pada saat ulangan mereka berencana menaruh kertas
contekan di laci bangku Tika agar Tika dikira mencontek.
Renita :
“ Sarah ayo kita taruh contekan ini di laci bangku anak kampungan itu
yuk!”
Sarah :
“ Oke let’s go !”
Mereka
berdua pun menaruh kertas contekan itu di laci Tika. Pada saat ulangan kertas
contekan itu jatuh, Bu guru melihat kertas itu dan langsung mengambilnya.
Bu guru :
(Mengambil kertas yang jatuh) “ Tika apa ini? Kamu mau nyontek ya?”
Tika :
“ Bukan punya saya ini bu.”
Renita :
“ Alahhh nggak usah sok jaim deh Tik. Ia bu tadi saya liat sama si Sarah
dia nulis contekan itu bu. Ya
nggak sar?”
Sarah :
“ Iya bu bener saya liat ”
Tika :
“ Tapi bener bukan saya bu yang nulis bu.”
Bu
guru : “ Tika kalo kamu ngaku masalah
ini akan selesai. Kalo nggak
masalahnya akan lebih
panjang, Tika”
Tika :
“ Tapi ini bukan punya saya bu.”
Renita :
“ Alasannya aja bu itu. Dia suka gitu bu! Bohong terus.”
Nayla :
“ Jangan percaya bu. Tika nggak mungkin kaya gitu.”
Bu guru : “
Sudah diam lanjutkan ulangannya. Tika ibu tidak percaya ini.”
Tak
terasa bel pulang berbunyi Nayla menghampiri Tika. Nayla berbicara bahwa dia
percaya kalau Tika tidak mencontek. Di belakang Tika dan Nayla, Renita dan Sarah
mengikuti mereka berdua. Renita dan Sarah berencana lagi untuk melempar ke
pohon.
Renita :
“ Ayo sar kita ambil tas Tika terus kita lemparin deh ke pohon itu.”
Sarah :
(Ngelamun)
Renita :
“ Eh kok tambah ngelamun sih. Ayo kita ambil terus kita lempar tasnya
ke pohon. Cepet sebelum Tika
pulang.”
Sarah :
“ Ayoooook.”
Renita
dan Sarah pun mengambil tas Tika, lalu mereka berdua segera melemparnya ke atas
pohon.
Renita :
(Melempar tas kepohon)
Sarah :
“ Haahahaha. Rasain, ambil tuh tasnya diatas pohon.”
Nayla :
“ Eh jangan gitu dong, jahat banget sih jadi orang. Udah ngefitnah Tika
sekarang malah ngelempar tas Tika ke pohon. Ayo kita ambil tik
tasnya”
Tika :
(Memanjat pohon dan mengambil tasnya, lalu turun)
Renita
dan Sarah pun berlari cepat. Mereka berdua tidak melihat kalau ada becak yang
melaju kencang. “Brakkkkkkkk” Suara itu
mengagetkan banyak orang. Ternyata mereka tertabrak becak. Mereka berdua
seketika pingsan dan banyak mengeluarkan darah. Tika dan Nayla yang melihat
kejadian itu langsung menolong Renita dan Sarah dan membawanya ke rumah sakit.
Lalu dokter berkata bahwa Renita kekurangan darah. Tika yang mendengar kejadian
itu langsung menyumbangkan darahnya untuk Renita. Sedangkan Nayla menelpon
paman Tika .
Sarah : (Siuman)
Renita : (Siuman)
Tika :
“ Alhamdulillah kalian sudah siuman.”
Nayla :
“ Iya, Alhamdulillah.”
Renita :
“ Tika Nayla maafin aku yaa, selama ini aku sudah jahat sama kamu.”
Sarah :
“ Iya maafin aku juga yaa Tik, Nay.”
Tika :
“ Iya aku maafin kalian berdua, setiap manusia tidak luput dari
kesalahan J.”
Nayla :
“ Iya, setiap orang juga ingin khilaf dari kesalahannya.”
Renita :
“ Terimakasih ya, kalian berdua memang baik.”
Sarah :
“ Iya kalian baik sekali meskipun kita dulu pernah nyakitin kalian.”
Tiba-tiba saat mereka berempat
berbincang-bincang paman Tika datang, untuk menjemput Tika. Tika dan Nayla
berpamitan pulang pada Renita dan Sarah. Keesokan harinya di sekolah Renita dan
Sarah pun sudah masuk sekolah. Renita dan Sarah menghampiri Tika dan Nayla.
Renita :
“ Hai Tika dan Nayla.”
Sarah :
“ Haii kalian berdua.”
Tika & Nayla : “
Iya Renita dan Sarah.”
Renita :
“ Ayo kita ke kelas bersama.”
Nayla :
“ Ayooo.”
Setelah
kejadian tabrakan itu mereka berempat pun akur dan menjadi sahabat. Dan begitu
indahnya persahabatan mereka berempat.
Maaf kalau ada kesalahan, karena cerpen ini hanya untuk hiburan